Sumut Nusantara, Jayapura – Komandan Korem 172/PWY Brigjen TNI JO Sembiring menuturkan bahwa para pemenang dari Festival Musik Anak Jalanan (FMAJ) berkesempatan untuk tampil dan melakukan kerjasama dengan Cafe-cafe yang ada di Kota Jayapura.
“Sudah ada lima cafe yang akan menampung, tetapi saya yakin ini akan bertambah. Minggu depan dengan bantuan dari Kapolresta Jayapura dan Dandim 1701/Jayapura, para pemenang akan kita kumpulkan untuk kita ajak duduk bersama dengan para pemilik cafe. Semoga nanti makin banyak yang mau menerima mereka,” tutur Danrem saat ditemui setelah menutup Festival Musik Anak Jalanan di Lap Parkir Auditorium Uncen, Kamis (21/7).
Danrem juga menyampaikan bahwa Korem 172/PWY kedepan akan terus bersinergi dengan Polri dan lembaga pendidikan maupun stakeholder lainnya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan positif.
“Korem 172/PWY terbuka untuk siapa saja yang mau bersinergi membangun Papua. Dan kegiatan-kegiatan seperti ini akan kita lakukan terus. Saat ini sudah ada beberapa stakeholder yang mengajak bekerjasama dan kami menyambut baik,” katanya.
Adapun gelaran Festival Musik Anak Jalanan yang merupakan hasil kolaborasi bersama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Cenderawasih (Uncen) dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Papua yang dilaksanakan selama 2 hari mulai tanggal 20 s.d 21 Juli 2022 tersebut dapat terlaksana dengan meriah serta aman.
Adapun pemenang lomba dari tiga kategori yang dilombakan yaitu kategori Perorangan/Solo dimenangkan juara 1 oleh Margrit R.M Epa, juara 2 Imelda F. Warinussy dan juara 3 diraih oleh Hanna Kurni. Kategori Grub Band, juara 1 diraih oleh Ozone Band, juara 2 Penonggalo Band dan juara 3 diraih oleh The Sekullers Band sedangkan pemenang Kategori Folksong juara 1 diraih oleh Dapur Kreatif dan juara 2 oleh Asrama Wondama.
Masing-masing pemenang mendapatkan hadiah berupa uang pembinaan dan sertifikat penghargaan.
Salah satu Juri, Grace Yoku, mengatakan bahwa yang menjadi kriteria penilaian oleh tim juri bagi kategori group band dan folksong yaitu kekompakan, skill atau teknik vocal, penguasaan panggung, dan bagaimana mereka mampu bekerjasama.
“Kalau untuk kategori solo kriterianya tidak terlalu banyak, yang dinilai yaitu bagaimana mereka bisa membawakan lagu itu dengan baik, artikulasinya, dinamika, ekspresi dan penguasaan panggung. Kami berharap kekurangan-kekurangan yang ada pada para pemenang di festival ini diharapkan akan memacu mereka untuk terus belajar sehingga dilain kesempatan mereka bisa tampil dengan lebih percaya diri,” imbuhnya.
Efrad, Koordinator Penonggalo Band dari Kabupaten Jayawijaya yang berhasil meraih juara II kategori grup band mengharapkan festival musik ini dapat diselenggarakan lagi untuk merangkul anak anak Papua untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang positif.
“Terima kasih karena telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk meraih juara dua. Kami berharap ke depannya diselenggarakan lagi untuk kita anak Papua mengembangkan bakat, tidak hanya dalam musik tetapi juga bola dan lainnya,” ucap Efrad.
Sementara itu, Rektor Uncen yang diwakili oleh Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra FKIP, Dr.Ina A.Velomena Samosir Lefaan, S.Pd.,M.Pd., saat ditemui menyampaikan bahwa Festival musik anak jalanan merupakan salah satu ide cemerlang antara FKIP Uncen dengan Korem 172/PWY dalam berbenah hati membangun negeri melalui seni musik untuk mewujudnyatakan pembelajaran berbasis kontekstual.
“Kegiatan ini benar-benar memberi ruang yang sangat luar biasa untuk pembelajaran berbasis budaya Papua kepada para generasi muda. Dari kegiatan ini juga, mahasiswa calon guru dari Uncen dan komunitas generasi muda Papua akan semakin menyadari bahwa saat ini adalah waktu emas untuk mengembangkan kompetensi SDM dengan bijaksana,” ujarnya.
Pihaknya juga menyebut seni musik adalah jati diri yang tak hanya untuk menghibur melainkan dapat mengembangkan kreatifitas seseorang dalam banyak hal dan salah satu dari mengembangkan pariwisata berbasis budaya. Red*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar